Novel: Malam Yang Tak Pernah Pulang Bab 7
Setelah memutuskan untuk memberi jarak di antara kami, aku memulai hari-hariku dengan kehampaan yang aneh. Reza masih ada di rumah, tetapi kami lebih sering berdiam dalam kesunyian. Aku tahu keputusan ini sulit untuknya, tetapi itu juga tak kalah sulit bagiku. Setiap detik aku merasa seperti menggali luka sendiri, mencoba menemukan apakah ada sesuatu yang tersisa dari cinta kami.
Malam itu, ketika Reza keluar untuk urusan kantor, aku duduk
di ruang tamu dengan laptop di pangkuanku. Aku tidak tahu apa yang kucari,
tetapi jari-jariku tanpa sadar mengetik nama Alya di mesin pencari. Aku
ingin tahu lebih banyak tentang wanita ini, wanita yang telah menjadi bayangan
gelap dalam pernikahanku.
Pria itu tampak akrab. Aku memperbesar salah satu foto dan
mencoba mengingat. Lalu semuanya menjadi jelas. Pria itu adalah teman lama
Reza, seorang rekan kerja bernama Arif, yang sempat beberapa kali datang
ke rumah kami saat aku dan Reza baru menikah.
Dugaan mulai bermunculan di kepalaku. Apakah Alya dan Arif
punya hubungan sebelumnya? Apakah Reza tahu? Aku merasa ada lapisan lain dari
cerita ini yang belum terungkap.
Keesokan harinya, aku memutuskan untuk bertanya langsung
kepada Reza. Dia sedang duduk di ruang makan ketika aku mendekatinya, membawa
laptopku.
“Reza,” panggilku pelan.
Dia menoleh, wajahnya tampak lelah. “Ada apa?”
Aku membuka laptop dan memperlihatkan foto Alya bersama
Arif. “Kamu tahu soal ini?”
Dia memandang layar dengan ekspresi terkejut. “Itu Arif.
Iya, aku tahu mereka dulu dekat. Tapi aku nggak pernah tanya detailnya.”
“Dan kamu nggak pernah merasa aneh? Bahwa dia, wanita yang
kamu pilih untuk mengkhianati aku, adalah seseorang yang punya hubungan dengan
temanmu sendiri?”
Reza terdiam, menundukkan kepala. “Aku… aku nggak pernah
berpikir sampai sejauh itu.”
Jawabannya membuatku marah. Aku tidak tahu apa yang lebih
menyakitkan—fakta bahwa dia tidak peduli, atau bahwa dia tidak tahu betapa
rumitnya situasi ini.
Aku tidak bisa berhenti memikirkan hubungan Alya dengan
Arif. Aku memutuskan untuk menghubungi Arif, yang sudah lama tidak kutemui.
Untungnya, aku masih punya nomor ponselnya.
“Arif, ini Nadira,” kataku ketika dia mengangkat telepon.
“Oh, Nadira. Lama nggak dengar kabar. Ada apa?” suaranya
terdengar ramah, tetapi aku bisa merasakan sedikit keterkejutan.
“Aku butuh bicara. Tentang Alya.”
Ada jeda panjang di telepon sebelum dia menjawab. “Alya?
Kenapa kamu tanya soal dia?”
“Aku tahu kamu dan dia punya hubungan sebelumnya. Aku ingin
tahu apa yang terjadi. Ini penting, Arif.”
Dia menarik napas panjang, lalu berkata, “Baiklah. Kita bisa
bertemu. Aku akan ceritakan semuanya.”
Kami bertemu di sebuah kafe kecil, tempat yang jauh dari
hiruk-pikuk kota. Arif datang dengan wajah yang serius, berbeda dari pria ramah
yang dulu sering bercanda di rumahku.
“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Alya?”
tanyaku langsung, tanpa basa-basi.
Dia menghela napas. “Kami pernah pacaran, beberapa tahun
lalu. Aku pikir kami akan menikah. Tapi Alya berubah. Dia mulai menjauh, mulai
mencari perhatian dari orang lain. Aku tahu dia bukan orang yang setia, jadi
aku memutuskan hubungan kami.”
Aku menatapnya, mencoba mencerna apa yang baru saja dia
katakan. “Dan sekarang dia bersama Reza. Apa kamu tahu tentang itu?”
Dia mengangguk pelan. “Aku tahu. Aku dengar dari teman-teman
kantor. Aku juga tahu dia hanya menggunakan Reza. Itu yang Alya lakukan,
Nadira. Dia selalu mencari sesuatu yang lebih, sesuatu yang tidak dia miliki.”
Kata-kata Arif menusukku seperti pisau. Alya bukan hanya
wanita yang masuk ke dalam rumah tanggaku; dia adalah seseorang yang dengan
sengaja merusaknya demi keinginannya sendiri. Tetapi yang lebih menyakitkan,
Reza membiarkan itu terjadi. Dia membiarkan dirinya terjebak dalam permainan
Alya.
Malam itu, aku duduk di kamar, mencoba mencerna semua yang
telah kudengar. Arif benar, tetapi itu tidak membuatku merasa lebih baik.
Sebaliknya, aku merasa semakin hancur. Hubungan Reza dengan Alya bukan hanya
tentang cinta atau ketertarikan. Itu tentang kelemahan Reza, tentang caranya
membiarkan orang lain masuk ke dalam pernikahan kami.
Aku menatap cermin di kamarku lagi, mencoba menemukan
kekuatan dalam bayanganku sendiri. Aku tahu aku harus memutuskan sesuatu. Aku
tidak bisa terus hidup dengan luka ini. Aku tidak bisa terus menggali tanpa
tahu apa yang aku cari.
Post a Comment for "Novel: Malam Yang Tak Pernah Pulang Bab 7"